Thursday, March 5, 2015

MENGATASI RAYAP

MENGATASI RAYAP

Add caption
Rayap adalah serangga sosial anggota bangsa Isoptera yang dikenal luas sebagai hama penting kehidupan manusia. Rayap bersarang di dan memakan kayuperabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi.
Di Indonesia, terdapat 200 jenis rayap dan 5% diantaranya dikategorikan sebagai musuh manusia
Rayap dibagi menjadi 5 kelompok :
1.      Rayap Pohon
a.       Menyerang pohon yang masih hidup.
b.      Bersarang dalam pohon.
c.       Tidak berhubungan dengan tanah.
d.      Ex : Neotermes tectonae (hama pada pohon Jati)
2.      Rayap Kayu Basah
a.       Menyerang kayu yang mati dan lembab
b.      Bersarang di dalam kayu
c.       Tidak berhubungan dengan tanah
d.      Ex : Glyptotermes sp
3.      Rayap Kayu Kering
a.       Hidup dalam kayu mati yang telah kering
b.      Umumnya menyerang perabotan rumah yang berbahan kayu
c.       Tanda serangan berupa adanya faecal pellets & sering berjatuhan dilantai
d.      Tidak berhubungan dengan tanah
e.       Ex : Cryptotermes sp 
4.      Rayap Subterranean
a.       Hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk atau pada tunggak pohon baik yang telah mati atau masih hidup
b.      Mampu bersarang di dalam kayu yang diserangnya walau tidak berhubungan dengan tanah asal sarang tersebut memperoleh kelembaban sesekali
c.       Ex : Coptotermes sp. 
5.      Rayap Tanah
a.       Bersarang di dalam tanah di dekat bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus
b.      Sarang membentuk sebuah bukit
c.       Serangan pada dinding rumah tingginya tidak lebih dari 1 m
d.      Ex : Macrotermes, Microtermes, Odontotermes, Nasutitermes

Pengendalian
1.      Prevention
a.       Meminimalisir penggunaan bahan berkayu
b.      Menghindari kontak langsung bagian yang berkayu dari struktur bangunan dengan tanah
c.       Mempergunakan kayu yang tahan terhadap serangan rayap
d.      Melakukan treatment anti rayap sebelum bangunan di bangun
e.       Menaburkan kapur gunung pada lahan yang akan dibangun 
2.      Exclusion
a.       Memastikan tidak ada kebocoran pada struktur bangunan
b.      Ventilasi dan Sirkulasi udara di area dalam rumah
c.       Pencahayaan yang baik, terutama di area kamar mandi
3.      Sanitation
a.       Memastikan tidak ada bongkahan kayu di sekitar rumah
b.      Membongkar pohon yang telah tumbang/mati
c.       Membersihkan dengan segera bongkahan kayu/ bekas bangunan
d.      Tidak mendiamkan tumpukan kayu dalam jangka waktu yang lama di area luar (halaman)

Tuesday, March 3, 2015

Pengelolaan Sampah Organik

PENGELOLAAN SAMPAH






Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
Tumpukan sampah itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat.
1.     Pengertian Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, ada juga di suatu tempat di jagad raya? Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
2.  Jenis-Jenis Sampah Organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,   hewan, maupun tumbuhan, Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
a.       Sampah organik basah. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
b.      Sampah organik kering. Bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
3. Prinsip Pengolahan Sampah. Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
a.       Mengurangi (bahasa Inggris : reduce) Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b.      Menggunakan kembali (bahasa Inggris : reuse) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
c.       Mendaur ulang (bahasa Inggris : recycle) Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d.      Mengganti (bahasa Inggris : replace) Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
4.  Pengolahan Sampah
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang. perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun yang gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman. Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik), seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
a.    Kelebihan Mengolah Sampah Organik Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.
1).Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
2).Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
3).Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
4).Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
5).Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
6).Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.

Sampah Organik Setelah menjadi pupuk kompos, pupuk siap untuk digunakan sebagai penyubur tanah. Adapun kekurangan pupuk kompos adalah unsur hara relatif lama diserap tumbuhan, pembuatannya lama, dan sulit dibuat dalam skala besar. Oleh karena itu untuk mendukung peningkatan hasil-hasil pertanian diperlukan pupuk buatan.

Saturday, January 24, 2015

Laporan Praktik Survai Jentik

PROSEDUR KERJA

A.    Alat dan Bahan
Ø  Senter
Ø  Form jumantik atau daftar survey
Ø  Alat tulis
Ø  jentik

B.     langkah kerja
1.      Persiapan
·         Sebelum melakukan pengamatan di dusun Margomulyo Seyegan kami berkumpul di kampus Poltekkes  pukul 13.00 WIB.
·         Lokasi yang telah ditentukan yaitu dusun Ngemplak Margomulyo Seyegan.
·         Setelah berkumpul kami melakukan perjalanan menuju tempat survei secara bersama-sama.
·         Perjalanan menuju lokasi sekitar 30 menit di tempuh menggunakan sepeda motor.
·         Setelah sampai, kami berkumpul dan melakukan pembagian kelompok. Satu kelas di bagi ke dalam 2 kelompok besar. Selanjutnya sekompok besar di bagi ke dalam kelompok kecil yang masing-masing kelompok 2 mahasiswa.
·         Setelah itu pengarahan dari ketua kelompok besar.s

2.      Jalannya kegiatan
·           Setelah dilakukan pengarahan kita mulai melakukan survei ke rumah warga sesuai kelompok dan lokasi yang telah di tentukan.
·           Kami mulai melakukan survei sekitar pukul 14.30 WIB
·           Selama survei hal yang kami lakukan meliputi :
a.       Melakukan pemeriksaan jentik pada penampungan air yang ada di dalam maupun rumah dengan menggunakan senter.
b.    Setelah pengamatan dilakukan, kami mengisi form yang telah kami siapkan sebelumnya. Kemudian masing-masing tim mencari variabel-variabel yang diperlukan, seperti :
o      Nama KK (Kepala Keluarga)
o      Jenis penampungan yang ada
o      Jumlah penampungan yang positif dan negatif terdapat jentik nyamuk, serta letak tempat penampungan tersebut (di dalam atau di luar rumah) dan kemudian memasukkannya ke dalam form jumantik.
o      Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, yaitu mengukur Angka Bebas Jentik, jumlah container yang diperiksa, jumlah rumah yang diperiksa, jumlah rumah bebas jentik dan Container Indeks.


b.      Memberi saran kepadaa pemilik rumah agar menguras tempat penampungan air apabila positif mengandung jentik aedes.
                               







3.      Kondisi sekitar
              Ketika kami melakukan pengamatan, kondisi sekitar pemukiman masih sangat alami dan banyak kebun atau pekarangan. Kebanyakan penduduk membuat kandang ternak di samping rumah dan kondisinya masih tidak diperhatikan. Untuk membuang kotoran ternak hanya diletakkan di samping kandang.

              Kondisi desa yang masih dipenuhi kolam ikan dan jarak antar rumah masih saling berdekatan dan personal higiene yang masih sangat kurang. Hal itu dikarenakan keadaan desa tersebut masih masuk katagori pedesaan dan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Hal tersebut bisa di lihat dari selatan desa tersebut terdapat hamparan sawah.

Pemeriksaan Pencemaran Jamur pada Makanan




Pemeriksaan Pencemaran Jamur pada Makanan

A.    Alat



1.
Pinset
2 buah
2.
Timbangan kodok
1 buah
3.
Mortir dan penggerus
1 buah
4.
Labu Erlenmeyer
1 buah
5.
Tabung reaksi
4 buah
6.
Rak tabung reaksi
1 buah
7.
Petridish
4 buah
8.
Pipet ukur
1 buah
9.
Label
8 buah
10.
Inkubator
1 buah
11.
Lampu spiritus
1 buah



B.     Bahan



1.
Sampel makanan (roti isi coklat)
1 buah
2.
Air Pengencer
100 ml
3.
PDA Cair
± 4ml
4.
Korek Api
Seperlunya
5.
Kapas
Secukupnya





C.    Cara Kerja

1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Mengambil sampel makanan menggunakan 2 pinset agar jamur yang diperoleh benar benar dari sampel makanan
3.      Menimbang sampel sebanyak 10gram dengan timbangan kodok
4.      Menggerus sampel 10 gram dengan menggunakan mortir dan penggerus, memastikan bahwa sampel benar-benar halus dan lembut
5.      Memindahkan sampel pada labu Erlenmeyer dengan bantuan sendok penyu
6.      Memberi 100mL air pengencer pada labu erlenmeyer
7.      Mencampurkan sampel yang halus dan air pengencer sampai tercampur rata
8.      Memberi label pada tabung reaksi dan petridish (102, 103, 104, kontrol)
9.      Memasukkan 10 mL sampel ke dalam 4 tabung lactosa broth triple strenght secara aseptis.
10.  Memasukkan 1 mL sampel ke dalam tabung lactosa broth single strenght secara aseptis.
11.  Memasukkan larutan pada tabung reaksi 1 mL pada petridish berisi PDA cair (sesuai dengan label102, 103, 104, kontrol)
12.  Memasukkan ke dalam inkubator dan inkubasikan dengan suhu 37oC selama 2 x 24 jam

13.  Mengamati jamur yang tumbuh pada petridish